PERINTIS BUKAN PEWARIS?
By Semacca Andanant
Tidak semua yang kita capai merupakan murni keberhasilan dari usaha kita. Meskipun kita kekeh itu merupakah hasil dari kerja keras kita. Dengan alibi kita selalu gigih, ulet dalam usaha dan bekerja. Kenapa? Karena banyak faktor dan elemen yang ikut membantu mendukung keberhasilan hidup kita. Entah itu kita sadari atau tidak, banyak campur tangan dari orang terdekat kita. Mereka menyumbangkan berbagai materil ataupun immateril. Misalkan dengan mensupport kita dengan bantuan modal usaha dan doa.
Tidak bisa dipungkiri, dalam darah dan daging kita masih ada kucuran keringat bahkan darah dari para pendahulu kita, orang-orang terdekat dari kita. Meskipun kadang kita egois, tidak menyadari hal itu. Termasuk keringat dan darah dari kakek dan nenek kita. Mereka berjuang sepenuh jiwa dan raga agar anak cucunya mendapatkan kehidupan yang lebih layak nantinya. Mereka bekerja keras membanting tulang, dari pagi hingga sore bahkan sampai malam hari. Ada juga yang tidak mengenal waktu. Itu semua dilakukan demi kehidupan anak dan cucunya yang lebih baik lagi.
Seorang kakek yang sudah lanjut usia masih kuat pergi kerja ke ladang. Umurnya lebih dari enam puluh tahun, ia menanam pohon durian dan pohon duku. Didepan cucunya ia berkata: "Ini kakek tanam pohon duku dan pohon durian. Nanti kalau sudah tumbuh dengan baik dan besar dia akan berbuah dan kita akan memakan buahnya." Lalu dia tersenyum dengan semangat penuh giat dan harapan.
Secara umur kakek mungkin tidak ikut menikmati hasil tanamannya. Mengingat usianya yang sudah lanjut. Karena pohon duku dan pohon durian umur berbuahnya cukup lama, bisa puluhan tahun. Karena pohon yang ia tanam bukanlah hasil dari bibit stek tetapi tumbuhan lokal yang masih alami. Akan tetapi si kakek tetap saja menanamnya. Ia ingin menunjukkan semangat hidupnya. Kakek memberi inspirasi kepada cucunya, termasuk kita semua bahwa kita harus selalu optimis dalam hal apapun. Kita harus selalu memberi semangat dan berdoa. Bahwa hidup masih panjang meskipun kita tahu keadaan sesungguhnya.
Mungkin si kakek tidak banyak mewariskan harta benda. Tetapi ia punya modal utama, telah mewariskan semangat hidup dan harapan yang lebih baik untuk anak dan cucunya. Kita harus selalu berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Karena tuhan tidak merubah nasip suatu kaum selain kaum itu sendiri yang merubahnya. Kita sangat mengapresiasi si kakek. Dan kita juga sangat menghargai dan menghormatinya.
Sungguh kita terlalu egois dan kufur nikmat bilamana kita tidak mengakui kebaikan-kebaikan yang sudah diberikan oleh orang tua kita. Baik kakek nenek kita ataupun para pendahulu kita. Jangan karena hidup kita sudah terlihat mapan secara ekonomi lalu kita lupakan dan tidak mengakui eksistensi mereka. Meskipun hanya terkenang dalam doa, sebut nama mereka ucapkan terimakasih. Dan doakan mereka agar senantiasa mendapatkan kemurahan kasih sayang dari sang Pecipta.
Untuk menghargai dan menghormati jasa para orang tua kita, jaga hubungan baik kita sebagai satu keluarga. Kita harus bijak dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dalam keluarga. Sesama saudara kita harus tahu menempatkan posisi diri kita masing-masing, siapa kakak siapa pula yang adik. Tujuannya biar tidak rancu dan tidak menyalahi dalam kepatutan. Bila ada masalah yang sulit untuk diselesaikan, kita harus bijaksana dan berjiwa besar melihat permasalahan itu. Utamakan musyawah untuk mencapai mufakat. Selesaikan masalah itu dengan baik. Jangan terbesit dalam hati kita untuk berselisih apalagi memutuskan tali silaturahmi, apapun alasannya. Bila hal itu terjadi maka keberkahan akan melaknat kita semua. Dan para pendahulu kita akan menangis menyaksikan anak keturunannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar