YANG DIBUTUHKAN KETIKA MENDEKATI USIA SENJA
Memasuki usia 40 tahun semestinya kita sudah semakin mantap mengelola pikiran kita. Kematangan berpikir ditunjukkan dengan cara mengalahkan rasa ego pada diri kita. Bahwa sikap jemawa adalah bencana besar yang akan menerjang dan menghancurkan kehidupan kita. Mengalah tidak berarti kalah dan menang tidak berarti berlenggang. Sikap toleransi mengantarkan kita melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda (positif). Baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Jangan pernah memiliki pikiran, kenyamanan hidup orang lain bergantung pada diri kita. Tapi berusahalah semoga diri kita mampu memberi kenyamanan hidup untuk orang lain. Jangan sampai ada istilah karena diri kita kenyamanan orang lain terganggu.
Rasa rendah diri tidak serta-merta merendahkan diri kita. Dalam usia berapa pun kita, itu berlaku. Terlebih memasuki usia 50 tahun. Karena diusia ini yang kita butuhkan adalah rasa nyaman, damai dalam kebersamaan. Tidak lagi mengencangkan urat leher apalagi meninggikan tekanan darah kita, karena itu tidak diperlukan lagi. Bila itu masih ada hanya membuat jiwa dan raga kita lumpuh. Tubuh kita akan sakit dan jiwa kita akan meronta. Kalau sudah demikian halnya hanya sebuah penyesalan berkepanjangan yang ada. Yang akan selalu mendera jiwa kita sepanjang masa.
Sebuah syair dalam bahasa Lampung berkata: Say ngeringgomkon pekon, sahuk dalih kelapa, say ngerintokkon angon, mak barih jak pujama. (Yang membuat rindang sebuah kampung, adalah pohon sawo dan pohon kelapa, yang mententramkan jiwa adalah hidup dalam kebersamaan). Jadi buanglah jauh-jauh sifat egois dalam hidup jika kita menginginkan sebuah ketentraman jiwa dalam hidup kebersamaan. Apalagi playing victim, hindari hal itu. Karena itu adalah sebuah fitnah besar yang mampu menghancurkan sebuah kehidupan yang damai.
Kalau kita tidak berhati-hati, kurang pandai membaca keadaan. Kita akan terjebak dalam sebuah keputusan yang sesat dalam mengambil sebuah keputusan. Karena kita terlalu tergesa-gesa dan lebih menurutkan ego diri kita. Banyak kita lihat orang merasa menyesal setelah memberi keputusan terhadap satu hal. Karena ia terlalu gegabah mengambil sebuah keputusan. Tidak memikirkan dampak apa yang akan ditimbulkan oleh keputusannya itu, baik untuk dirinya ataupun untuk orang lain. Sehingga apa yang diputuskan hanya menjadi sebuah penyesalan bagi dirinya. Untuk itu hendaknya sebelum memutuskan sesuatu hal terhadap satu keputusan, ada baiknya kita sejenak merenungkan dampak apa yang akan timbul setelah keputusan kita itu. Kuasai diri kita, termasuk ego dan nafsu syahwat kita, karena ini sangat berbepengaruh terhadap apa yang akan menjadi keputusan.
Kita harus banyak belajar dan terus belajar. Jika kita tidak mampu membaca ayat-ayat yang disampaikan oleh malaikat Jibril ke para nabi, hendaknya kita belajar dari berbagai kisah yang terjadi dilingkungan kita. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari sebuah kasus. Bahwa hidupnya seseorang tidak bisa terlepas dari berbagai masalah yang mendera. Untuk mengatasinya diperlukan sebuah kemampuan mengelola emosional. Kita tidak mudah terpengaruh dan menyerah dengan keadaan. Kita harus selalu berjuang meski sampai titik darah penghabisan, hingga apa yang menjadi permasalahan hidup dapat kita atasi. Sebagai balasannya nanti rasa aman, nyaman dan tentram serta bahagia dapat segera kita raih. Itu semua berkat buah dari usaha kita selama ini. Karena itu jangan segan-segan kita harus selalu berusaha sampai apa yang kita inginkan teraih dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar