Laman

Rabu, 17 Juni 2020

SANG PELIWOS TENTANG PEKON KANYANGAN

SANG PELIWOS TENTANG PEKON KANYANGAN
By Semacca Andanant

Pekon Kanyangan yang berada di negeri Semaka atau sekarang lebih dikenal kabupaten Tanggamus merupakan masyarakat lampung yang tergolong dalam penyebaran terakhir dari Tanoh Unggak. Mereka secara adat "ngebujar layin mincar" dari asal-usulnya melainkan mencari penghidupan baru dilokasi yang baru dengan sumber penghidupan yang melimpah. Karena kehidupan mereka di tempat asal mulai terasa sulit untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya. Ditambah lagi saat itu ada  kesewenang-wenangan dari pemangku kekuasaan, maklum saja jaman penjajahan Belanda.

Mereka pergi "Lapah Nyusuk" membuka lahan baru untuk dijadikan ladang serta bercocok tanam untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Nenek moyang masyarakat pekon Kanyangan berasal dari Belalaw Lampung Barat,  dibawah daulat kerajaan SEKALA BERAK yang dipimpin oleh seorang Raja yang bertahta kala itu bernama Hi. Suhaimi SULTAN LAILA MUDA paksi Buway Kanyangan/Pernong. Pada tahun 1930 hijrah ke Semaka dengan berjalan kaki menuju area Pegunungan Campang Dudduk/Deduk dan mendirikan sebuah umbulan yang diberi nama Umbul Tengah di wilayah kecamatan Wonosobo saat ini.

Alasan mereka memilih wilayah semaka adalah karena wilayah ini banyak menyajikan berbagai kebutuhan hidup. Diwilayah ini terdapat banyak sungai, sawah, gunung, kolam ikan dan dekat dengan laut, artinya sumber kehidupan telah tersedia oleh alam. Mata pencaharian nenek moyang pekon Kanyangan adalah sebagai petani.

Pada tahun 1931 jumlah orang yang berpindah lapah nyusuk dari Belalaw semakin banyak  dan sebagian mereka menetap diwilayah pemekonan Susukan yaitu sebelah Timur dari Umbul Tengah kurang lebih berjarak 25 km, bergabung dengan suku Semendo atau suku Ogan.

Pada tahun 1932 masyarakat yang sudah menetap dan hijrah dari Belalaw mengadakan himpun adat. Dari sembilan suku sebatin yang ada yang ikut bermusyawarah memutuskan untuk membeli satu lahan yang akan dijadikan pemekonan. Pemekonan yang menjadikan warga yang berasal dari Belalaw kumpul dan bersatu dalam satu kampung.

Seiring terjadinya gempa di Liwa tahun 1933 masyarakat yang lapah nyusuk semakin banyak.  Dan pada tahun 1933 ini juga masyarakat akhirnya membeli satu lahan untuk dijadikan lokasi pemukiman  dengan masyarakat eks Marga Liwa [ Negara Batin] kearah Selatan dari Susukan yang berjarak kurang dari 1 km. Pemukiman baru ini diberi nama KANYANGAN. Kata "Kanyangan" diambil dari salah satu nama PAKSI PAK SEKALA BERAK yang menandakan asal-usul dari nenek moyang pekon Kanyangan.
PAKSI PAK SEKALA BERAK yaitu :
1. Paksi Buway Belunguh
2. Paksi Buway Kanyangan/Paksi Pernong
3. Paksi Buway Nyerupa
4. Paksi Buway Bejalan Diway

Setiap tahun jumlah rumah dan penduduk semakin bertambah dan pada tahun 1947 masyarakat Susukan dan Kanyangan resmi menjadi Warga Kampung Negara Batin dan langsung ditunjuk Kepala Suku yang waktu itu :
1.Bapak Umar tahun 1947 s.d tahun 1950
2.Bapak Muchtar tahun 1950 s.d tahun 1956
3.Bapak Marzuki tahun 1956 s.d 1959.

Pada tahun 1959 Dusun Kanyangan berdasarkan SK Gubernur Sumatera Selatan no. (?) berpisah dari induknya yaitu Kampung Negara Batin, yang kemudian menjadi Kampung Definitif.
Kepala Kampung yang pernah menjabat :
1.Bapak Marzuki tahun 1959 s/d 1969
2.Bapak A.Rahman tahun 1969 s.d 1971
3.Bapak Darwis tahun 1971 s.d 1973
4.Bapak Syahferi MZ. 1973 s.d 1979

Semenjak tahun 1979 sistem pemerintahan Kampung berubah menjadi Desa. Pada waktu itu diadakanlah PILKADES pertama. Dan Kepala Desa dari tahun 1979 s.d 2001 dijabat oleh Bapak Syahferi M.Z. Kemudian dari tahun 2001 nama Desa berubah menjadi Pekon. Pjs Kepala Pekon dijabat oleh Bapak Syahferi MZ tahun 2001 s.d 2002.

Secara berturut-turut Kepemimpinan sistem Pekon, pekon Kanyangan dapat digambarkan sebagaii berikut :
1. Bapak Drs. Sastra Jaya dari tahun 2002 s.d 2007.
2. Bapak Rismanto dari tahun 2007 s.d 2013.
3. Bapak Syafei dari tahun 2013 s.d 23-April-2019.
4. Plt. Kepala Pekon 24-April s.d 23-Mei-2019. Bapak Paisol
5. Pj.Kepala Pekon 23 Mei s.d 23-November-2019 Bapak Baharuddin SE.

Dan ada satu pemekonan lagi yang bersaudara dengan pekon Kanyangan, yang asal nenek moyang sama dan lapah nyusuknya bersamaan pernah bermukim di Campang Dudduk/umbul Tengah yaitu pemekonan Kampung Pisang. Mereka tergabung dalam Pekon Banjarmasin (berasal dari Liwa). Kampung pisang sebenarnya mempunyai nama tersendiri yaitu Sukabanjar, namun sampai saat ini nama itu enggan melekat dan lebih dikenal dengan Kampung Pisang. Ini mungkin dikarenakan di juyu/kudan lambannya banyak ditumbuhi pohon pisang.

Tabik.
Jakarta, 28/08/2019

Sumber : Profil pekon Kanyangan
                 Riwayat Kukuk 1933: M Syafei Sutan Ratu Pikulun, pesirah Kenali

ADA KONFLIK DI PATUNG SEMAR

ADA KONFLIK DI PATUNG SEMAR
By Semacca Andanant

Wajar saja warga net dari etnik lampung geram dan teriak-teriak di media sosial minta dirobohkan atas berdirinya sebuah patung semar di tiyuh Toto mulyo, yang mana patung itu bukan  merupakan simbol atau tokoh dari daerah yang bernama Lampung. Karena mereka merasa miris dan prihatin atas budaya dan peradaban lampung yang ada sekarang ini tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah. Alih-alih memberi perhatian lebih terhadap kearifan lokal yang ada malah pemerintah (Kab. Tubaba) dengan alasan keterbukaan mendukung berdirinya sebuah patung dari tokoh pewayangan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan peradaban lampung. Masyarakat lampung merasa terluka sekali karena ruang gerak budayanya akan ikut terkavling oleh para pendatang bukan hanya tanah ulayatnya.

Ada beberapa alasan yang selalu dilontarkan oleh beberapa oknum untuk membungkam protes warga diantaranya; 
1. Negara kita adalah NKRI harga mati dan berbhineka tunggal ika
2. Masyarakat lampung harus terbuka dan membuka diri.

Sebenarnya masyarakat lampung tidak butuh diajari tentang NKRI harga mati dan berbhineka tunggal ika. Mereka lebih tahu dan telah mengadopsinya dari dulu. Kita bisa lihat ada berapa banyak suku bangsa yang hidup dan menetap di bumi ruwa jurai? Mereka hidup berdampingan secara harmonis dan dinamis, hampir saja tidak ada terjadi konflik diantara mereka. Belum lagi para tokoh, berapa banyak yang mengabdi dan berbakti terhadap NKRI.

Meskipun pada awalnya etnis lampung mayoritas dan hampir 100% menempati tanah lampung, tetapi sekarang mereka hanya beberapa prosentase saja dari 8 jutaan jiwa penduduk lampung. Mereka menjadi minoritas setelah didatangkan jutaan penduduk dari pulau jawa dan bali dalam program transmigrasi. Sungguh ironi memang, mereka sekarang disamping menjadi masyarakat minoritas di negeri sendiri ditambah lagi mereka termarginalkan oleh keadaan.

Masyarakat lampung sebenarnya ingin mendapat perhatian dari pemerintah. Mendapat porsi yang layak dalam mengisi kemerdekaan. Mereka ingin kebijakan pemerintah menyentuh kehidupan mereka. Karena selama ini kebijakan pembangunan selalu yang menjadi sasaran adalah desa-desa transmigrasi. Mulai dari program desa tertinggal, kota terpadu, hutan rakyat, dsb itu semua hanya diperuntukkan bagi desa-desa pendatang. Belum lagi kebijakan pembangunan infrastruktur, ekonomi, kesehatan, budaya dan pendidikan semua tersentra di daerah pendatang. Sementara tiyuh-tiyuh tuha hulun lampung sama sekali tidak mendapat perhatian. Dan hanya menjadi sebuah "umbulan" tuha yang sepi dari hiruk pikuk pembangunan. Dan orang-orang hulun lampung menjadi pengemis dan penonton dirumahnya sendiri. Sangat ironi memang tetapi ini kenyataannya. Jadi tidak salah kalau ada masyarakat hulun lampung beranggapan nasip mereka tak lebih seperti halnya rakyat Palestina, hanya beda-beda tipis. Tanah ulayatnya habis dijadikan area transmigrasi sementara kehidupan mereka terabaikan tanpa konvensasi.

Hulun lampung sangat welcome terhadap para pendatang. Dengan "piil pesenggiri" nengah-nyampur dan nemuy nyimah mereka sangat menghormati dan terbuka terhadap tamu atau pendatang. Tapi sayang keterbukaan hulun lampung tidak cukup bagi para pendatang. Para pendatang tidak mau berbaur apa lagi mengambil bagian dalam mengaplikasikan kearifan lokal. Banyak nama-nama daerah atau kampung yang dirubah dan diganti dengan nama daerah asal. Belum lagi para pendatang enggan belajar bahasa dan budaya hulun lampung.

Orang-orang etnis lampung merasa terhimpit, ruang gerak kehidupannya tidak memadai dalam mengapreasiasikan hidupnya. Apalagi kalau ada pelaku kriminalitas selalu dikaitkan dengan suku lampung, seakan-akan hulun lampung tidak ada yang benar. Selagi kita tidak ada perhatian dan memandang masyarakat hulun lampung dengan sebelah mata, jangan harap tercipta kehidupan yang harmonis. Akan terjadi suatu saat konflik diantara hulun lampung dan pendatang. Dan bila mana konflik terjadi selalu seruan yang lantang yang keluar dari berbagai instrumen adalah KITA SEBANGSA DAN SETANAH AIR dan KITA SEIMAN DAN SEAGAMA. Tapi adakah yang menyerukan selogan itu ketika kemiskinan dan ketertinggalan melanda pada hulun lampung? Yang ada hulun lampung hanya menjadi bahan cercaan dan tertawaan. Sungguh malang nasipmu Lappung.

Tabik.
Jakarta, 06/06/20
Poto: Eengryans Buway Selembasi

ALLAH INGINKAN SUATU PERUBAHAN

ALLAH INGINKAN SUATU PERUBAHAN
By Semacca Andanant

Terpilihlah negeri China menjadi tempat awal observasi perubahan dunia yaitu kota Wuhan. Dari sini virus korona mulai mewabah merambah ke segala penjuru dunia, dengan melintasi batas berbagai bangsa dan negara tanpa harus memakai visa dan tanda pengenal kewarga-negaraan yang selama ini menjadi proteksi keangkuhan suatu negara.

Dengan virus korona ini yang mewabah, banyak sekali korban jiwa yang diakibatkanya. Bukan hanya sepuluh-dua puluh jiwa, tetapi ratusan bahkan ribuan jiwa yang menjadi koraban. Ada negara yang siap dan sigap menghadapi wabah ini sehingga korban yang diakibatnya tidak begitu banyak. Ada juga negara yang gagap dan tak berdaya sehingga korban yang diakibatnya cukup tinggi. Bukan hanya korban jiwa tetapi sosial, ekonomi dan politik suatu negara menjadi taruhannya. Begitu juga dengan ketuhanan atau keimanan suatu kaum umat beragama ikut terkoyakkan. Ini menjadi pertanda bagaimana ketahanan dan kemampuan suatu bangsa dalam mengatasi berbagai masalah untuk perubahan.

Dengan adanya virus korona ini, tuhan inginkan suatu perubahan yang signipikan dari umat manusia. Perubahan yang menjadikan kita sebagai khalifah yang tangguh dalam menjalankan misi kekhalifahan kita dimuka bumi. Karena belakangan ini manusia sudah mulai menjauh dan lupa dari kaidah-kaidah dan ketentuan yang telah digariskan oleh tuhan untuk menjaga, merawat dan melestarikan kelangsungan hidup dimuka bumi.

Selama ini kita bebas lepas tanpa  ada batasan dari mulut kita, tanpa kontrol yang yang baik. Banyak virus (perkataan) yang keluar dari mulut kita menyebabkan orang lain sakit (hati). Mulai dari sekarang kita harus memakai masker untuk memfilter, menyaring virus (perkataan) dari mulut kita supaya virus yang ada pada kita tidak menular (menyebabkan) orang lain sakit. Begitu juga dengan penciuman, harus kita jaga dari aroma yang menyengat dan menjadi jalan masuknya virus kedalam tubuh kita.

Kalau selama ini kita bebas beribadah, umrah, dan berkhotbah dengan menghimpun banyak orang untuk menunjukan siapa diri kita. Dengan berbagai cara yang kita lakukan supaya orang lain tahu tentang penghambaan kita terhadap tuhan. Maka mulai sekarang kita harus introspeksi diri cukup beribadah didalam rumah (diri) kita saja. Karena tujuan dari beribadah bukan untuk menunjukkan siapa diri kita kepada orang lain melain sebuah pengakuan penghambaan hakiki diri kita terhadap tuhan.

Dan juga kalau selama ini kita tidak tahu siapa orang yang menjadi mahrom dah muhrim kita, sehingga kita bebas menyentuh, menjamah bahkan menidurinya. Mulai sekarang kita harus membatasi diri kita dari berbagai pergaulan yang menyebabkan diri kita hina dan menjatuhkan harkat dan martabat orang lain. Kita harus menjaga jarak baik secara fisik maupun secara sosial demi menjaga nama baik, harkat dan martabat manusia. Tangan kita harus selalu bersih dari berbagai kotoran perbuatan diri kita.

Begitu juga kita yang merasa ekonominya mapan dan angkuh dengan tumpukan angka-angka di berbagai perbankan. Yang dengan rakusnya menjarah berbagai sektor ekonomi tanpa berbagi dengan orang lain. Mulai sekarang mari kita berbagi meskipun sedikit dengan cara meningkatkan berbagai kepedulian kita terhadap sesama. Karena apalah arti hidup kita tanpa melibatkan orang lain.

Kita harus berubah demi menjaga marwah kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi karena untuk masa yang akan datang tantangan hidup manusia akan lebih berat. Atau kita diam saja tanpa mau berubah dan menjadi korban konspirasi keagungan tuhan? Dan kita meninggal dalam status mati sahid dalam (pengakuan) keyakinan kita.

Di hari yang agung nan fitri ini saya Semacca Andanant & keluarga dari hati yang dalam menghaturkan kilu mahap sebesar-besarnya.

 *SELAMAT  IDUL FITRI 1 SYAWAL 1441 H*

TAQABBALLAHU MINNAA WAMINKUM
TAQABBAL YAA KARIM.
Barakallahu fiikum

MOHON MAAF LAHIR & BATHIN, semoga Allah swt menerima semua amaliah Ramadhan kita, dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba NYA yang bertaqwa...... Aamiin Ya Robbal Alamin.

tabik.
jakarta, 24/05/20

Senin, 16 Maret 2020

TANGGAMUS MENYELENGGARAKAN PILKAKON SERENTAK 2020

TANGGAMUS MENYELENGGARAKAN PILKAKON SERENTAK 2020
By Semacca Andanant

Kabupaten Tanggamus yang merupakan nomenklatur dari negeri Semaka, sebentar lagi akan mengadakan pemilihan Peratin/Kepala Pekon (pilkakon) secara serentak. Dari 299 pekon yang ada di kabupaten Tanggamus, ada 220 pekon yang akan mengikuti pilkakon serentak pada tanggal 15 april 2020 nanti. Hajat besar ini akan menorehkan sebuah sejarah besar dalam perkembangan demokrasi yang ada di kabupaten Tanggamus. Kita berharap dalam pilkakon ini akan berjalan dengan baik dan lancar hingga terpilih kakon yang baru. Dan tidak akan terjadi gesekan-gesekan apa pun ditengah mayasrakat apa lagi sampai putus tali kemuwariyan setelah terpilihnya kakon baru nanti. Mengingat dari beberapa calon Kakon ini masih ada tali persaudaraan baik secara darah atau pun adat.

Banyak harapan dari masyarakat yang digantungkan dipundak seorang Kepala Pekon yang baru nanti. Ada banyak masalah lama maupun yang terbaru telah menunggu. Semuanya butuh perhatian dan penyelesaian. Juga memerlukan energi dan inovasi serta keinginan yang kuat dari seorang Kepala Pekon untuk menuntaskan dalam kerangka program kerjanya. Ini semua dilakukan untuk merubah daerahnya menjadi pekon atau desa yang lebih maju dari sebelumnya.

Disamping menciptakan pemerintahan desa yang baik dan sehat dalam melayani masyarakat, ada masalah lama yang tak pernah kunjung selesai, seperti halnya pengangguran dan narkoba. Meskipun sudah berkali-kali ganti kepemimpinan tetap saja tidak tuntas. Malah kian menjadi. Karena banyak Kepala Pekon menganggap hal ini bukan masalah yang mendasar dan lalu ia mengabaikannya.

Ada baiknya nanti kita memilih kepala pekon yang menyatakan perang terhadap narkoba. Karena kita tahu selama ini peredaran narkoba bukan hanya pada kalangan tertentu tetapi sudah sampai kemasyarakat yang paling bawah. Ini sangat miris, sudah sangat menghawatirkan sekali terhadap kelangsungan hidup generasi muda. Segencar dan sekuat apapun warga menyatakan perang terhadap narkoba tanpa dukungan dan komando dari seorang Kepala Pekon takkan berhasil. Karena ditangan seorang Kepala Pekon segala tumpuan dan harapan masyarakat dicurahkan. Dan ditangan Kepala Pekon juga menjadi ujung tombak perubahan, berhasil tidaknya perang terhadap narkoba di pemekonan.

Kenapa harus Kepala Pekon? Karena Kepala Pekon memiliki tanggung jawab yang tinggi dan  menjadi perpanjangan tangan pemerintah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dan Kepala Pekon juga yang lebih memahami dan memiliki kekuatan hukum. Disamping Kepala Pekon merupakan pelindung dari warganya.

Selama ini banyak masyarakat mengeluhkan tentang narkoba. Karena banyak generasi muda, anak-anak dari mereka yang terjerumus ke barang haram ini. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasannya. Karena itu mereka sangat berharapkan sekali kepada seorang kepala pekon menjadi komando perang terhadap narkoba untuk menyelamatkan generasi penerus. Jangan malah sebaliknya menjadi pemain didalam peredaran narkoba. Menjadi backing dan pemakai narkoba itu sendiri, itu sangat ironi untuk jaman sekarang.

Disamping memilih kepala pekon yang menyatakan perang terhadap narkoba, ada baiknya juga kita dan harus memilih kepala pekon yang kreatif dan visioner. Tidak mementingkan diri sendiri. Kepala pekon yang memikirkan nasip warganya entah itu sosial, budaya atau pun ekonominya. Juga mampu menciptakan lapangan kerja dengan ekonomi kreatifnya yang berkelanjutan. Dengan dana desa yang dikucurkan oleh pemerintah pusat, kepala pekon bersama warganya mampu mengelola dana tersebut untuk membangun desa.

Masing-masing desa memiliki potensi yang berbeda dan pantas untuk dikembangkan. Misalnya saja ada desa yang potensial untuk dikembangkan menjadi daerah parawisata. Harusnya Kepala Pekon mengarahkan pembangunannya ke arah itu. Saya rasa tidak masalah jika Kepala Pekon bersama warganya memanfaat dana desa yang jumlahnya pantastis itu untuk kemajuan perekonomian desa. Tidak mesti dana desa itu lari ke padat karya semata. Coba bayangkan bila satu desa atau beberapa desa terhimpun menjadi satu destinasi daerah parawisata, berapa banyak perputaran ekonomi ditempat itu.

Mudah-mudahan Kakon yang terpilih nanti benar-benar pilihat tepat dari warga. Bukan karena iming-iming sembako atau amplop untuk memilihnya. Dan warga mulai kritis terhadap persoalan lingkungannya. Karena siapa lagi yang mau peduli terhadap lingkungannya kalau bukan warga itu sendiri. Mak ram sapa lagi, mak ganta kapan kidah.

Tabik.
Jakarta, 15/03/20