SANG PELIWOS TENTANG PEKON KANYANGAN
By Semacca Andanant
Pekon Kanyangan yang berada di negeri Semaka atau sekarang lebih dikenal kabupaten Tanggamus merupakan masyarakat lampung yang tergolong dalam penyebaran terakhir dari Tanoh Unggak. Mereka secara adat "ngebujar layin mincar" dari asal-usulnya melainkan mencari penghidupan baru dilokasi yang baru dengan sumber penghidupan yang melimpah. Karena kehidupan mereka di tempat asal mulai terasa sulit untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya. Ditambah lagi saat itu ada kesewenang-wenangan dari pemangku kekuasaan, maklum saja jaman penjajahan Belanda.
Mereka pergi "Lapah Nyusuk" membuka lahan baru untuk dijadikan ladang serta bercocok tanam untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Nenek moyang masyarakat pekon Kanyangan berasal dari Belalaw Lampung Barat, dibawah daulat kerajaan SEKALA BERAK yang dipimpin oleh seorang Raja yang bertahta kala itu bernama Hi. Suhaimi SULTAN LAILA MUDA paksi Buway Kanyangan/Pernong. Pada tahun 1930 hijrah ke Semaka dengan berjalan kaki menuju area Pegunungan Campang Dudduk/Deduk dan mendirikan sebuah umbulan yang diberi nama Umbul Tengah di wilayah kecamatan Wonosobo saat ini.
Alasan mereka memilih wilayah semaka adalah karena wilayah ini banyak menyajikan berbagai kebutuhan hidup. Diwilayah ini terdapat banyak sungai, sawah, gunung, kolam ikan dan dekat dengan laut, artinya sumber kehidupan telah tersedia oleh alam. Mata pencaharian nenek moyang pekon Kanyangan adalah sebagai petani.
Pada tahun 1931 jumlah orang yang berpindah lapah nyusuk dari Belalaw semakin banyak dan sebagian mereka menetap diwilayah pemekonan Susukan yaitu sebelah Timur dari Umbul Tengah kurang lebih berjarak 25 km, bergabung dengan suku Semendo atau suku Ogan.
Pada tahun 1932 masyarakat yang sudah menetap dan hijrah dari Belalaw mengadakan himpun adat. Dari sembilan suku sebatin yang ada yang ikut bermusyawarah memutuskan untuk membeli satu lahan yang akan dijadikan pemekonan. Pemekonan yang menjadikan warga yang berasal dari Belalaw kumpul dan bersatu dalam satu kampung.
Seiring terjadinya gempa di Liwa tahun 1933 masyarakat yang lapah nyusuk semakin banyak. Dan pada tahun 1933 ini juga masyarakat akhirnya membeli satu lahan untuk dijadikan lokasi pemukiman dengan masyarakat eks Marga Liwa [ Negara Batin] kearah Selatan dari Susukan yang berjarak kurang dari 1 km. Pemukiman baru ini diberi nama KANYANGAN. Kata "Kanyangan" diambil dari salah satu nama PAKSI PAK SEKALA BERAK yang menandakan asal-usul dari nenek moyang pekon Kanyangan.
PAKSI PAK SEKALA BERAK yaitu :
1. Paksi Buway Belunguh
2. Paksi Buway Kanyangan/Paksi Pernong
3. Paksi Buway Nyerupa
4. Paksi Buway Bejalan Diway
Setiap tahun jumlah rumah dan penduduk semakin bertambah dan pada tahun 1947 masyarakat Susukan dan Kanyangan resmi menjadi Warga Kampung Negara Batin dan langsung ditunjuk Kepala Suku yang waktu itu :
1.Bapak Umar tahun 1947 s.d tahun 1950
2.Bapak Muchtar tahun 1950 s.d tahun 1956
3.Bapak Marzuki tahun 1956 s.d 1959.
Pada tahun 1959 Dusun Kanyangan berdasarkan SK Gubernur Sumatera Selatan no. (?) berpisah dari induknya yaitu Kampung Negara Batin, yang kemudian menjadi Kampung Definitif.
Kepala Kampung yang pernah menjabat :
1.Bapak Marzuki tahun 1959 s/d 1969
2.Bapak A.Rahman tahun 1969 s.d 1971
3.Bapak Darwis tahun 1971 s.d 1973
4.Bapak Syahferi MZ. 1973 s.d 1979
Semenjak tahun 1979 sistem pemerintahan Kampung berubah menjadi Desa. Pada waktu itu diadakanlah PILKADES pertama. Dan Kepala Desa dari tahun 1979 s.d 2001 dijabat oleh Bapak Syahferi M.Z. Kemudian dari tahun 2001 nama Desa berubah menjadi Pekon. Pjs Kepala Pekon dijabat oleh Bapak Syahferi MZ tahun 2001 s.d 2002.
Secara berturut-turut Kepemimpinan sistem Pekon, pekon Kanyangan dapat digambarkan sebagaii berikut :
1. Bapak Drs. Sastra Jaya dari tahun 2002 s.d 2007.
2. Bapak Rismanto dari tahun 2007 s.d 2013.
3. Bapak Syafei dari tahun 2013 s.d 23-April-2019.
4. Plt. Kepala Pekon 24-April s.d 23-Mei-2019. Bapak Paisol
5. Pj.Kepala Pekon 23 Mei s.d 23-November-2019 Bapak Baharuddin SE.
Dan ada satu pemekonan lagi yang bersaudara dengan pekon Kanyangan, yang asal nenek moyang sama dan lapah nyusuknya bersamaan pernah bermukim di Campang Dudduk/umbul Tengah yaitu pemekonan Kampung Pisang. Mereka tergabung dalam Pekon Banjarmasin (berasal dari Liwa). Kampung pisang sebenarnya mempunyai nama tersendiri yaitu Sukabanjar, namun sampai saat ini nama itu enggan melekat dan lebih dikenal dengan Kampung Pisang. Ini mungkin dikarenakan di juyu/kudan lambannya banyak ditumbuhi pohon pisang.
Tabik.
Jakarta, 28/08/2019
Sumber : Profil pekon Kanyangan
Riwayat Kukuk 1933: M Syafei Sutan Ratu Pikulun, pesirah Kenali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar