Laman

Sabtu, 01 April 2017

TANDANI MUWARI

TANDANI MUWARI
[filsapah persaudaraan versi Hulun Lampung]
By Semacca Andanant

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat hulun lampung tidak lepas dari berbagai interaksi kehidupan. Untuk melaksanakan piil "Nengah-Nyampur" mereka hidup berkelompok dan membaur dalam bermasyarakat, kehidupan mereka sangat harmonis dan terbuka. Dalam berbagai interaksi kehidupan sehari-hari mereka selalu menjalin dan menjaga rasa kemuwariyan [persaudaraan]. Kemuwariyan meliputi puwari sekelik [saudara sekandung/keluarga], puwari kebot [saudara kerabat] dan puwari lebu rik kelama [saudara asal nenek dan ibu]. Sebagai wujud dari persaudaraan mereka selalu mengikuti dan berperan aktif dalam berbagai perhelatan sakral baik berupa tayuhan, guway adat ataupun berbagai acara yang dilaksanakan oleh saudara yang lain.

Ada beberapa hal yang mengikat rasa persaudaraan mereka yang cukup mendasar dan tidak hanya dikarenakan seakidah, sebangsa dan setanah air melainkan perwujudan nyata dari rasa persaudaraan itu sendiri yang terjalin dan terikat diantara mereka. Hal-hal itulah yang termaktub dalam filsapah persaudaraan yang disebut Tandani Muwari. Tandani muwari itu adalah:

1. SEANJAW-SESILAWAN [saling berkunjung/silaturahmi].
Bukanlah saudara kalau kita tak pernah seanjaw-sesilawan meskipun seumur hidup hanya sekali. Karena seanjaw-sesilawan akan menciptakan rasa kebersaman dan keakraban. Bagaimanana tidak dengan seanjaw-sesilawan kita punya kesempatan beramah-tamah, makan bersama bahkan bisa tidur bersama ketika "manjaw minok". Seanjaw-sesilawan mampu berbagi perasaan dan penderitaan antar saudara karena menandakan kedekatan dan kepedulian kita antara satu dengan yang lainnya.

2. SEKENIYAN KABAR BETIK JAHALNI GUWAY [saling memberi kabar, baik kabar suka cita ataupun duka cita].
Muwari itu selalu ingin tahu kabar tentang saudara kita. Karena kabar merupakan hal yang amat penting yang menandakan persaudaraan kita masih cukup baik terjalin. Andai saja kita tidak saling mengabari tentang kondisi dan situasi kita, apalah artinya sebuah persaudaran. Pasti rasa persaudaraan kita akan terkikis secara perlahan-lahan.

3. RATONG KIPAK MAK BUPEDATONG MULANG KIPAK MAK NEDA[selalu memenuhi/menghadiri undangan].
Bila kita mendapat undangan atau urawan/aworan hendaknya utamakan kehadiran diri kita dibanding kita memperhitungan berapa banyak yang harus kita sumbangkan. Karena kehadiran diri kita lebih berharga dibanding apa yang kita bawa. Orang akan merasa dihargai dan dihormati bilamana kita bisa hadir dengan tidak mengabaikan harga diri kita sendiri. Begitu juga setelah kita menghadiri urawan, ketika kita pulang hendaknya tidak menpersoalkan apa yang diberikan kepada kita [teda]. Sebanding tidak dengan apa yang kita berikan kepada mereka. Bila hal tersebut terjadi maka akan mengusik rasa persaudaraan kita yang terjalin cukup baik.

4. TIRUWANG KIPAK MAK MANJANG [selalu dijaga dan dilindungi].
Muwari itu harus saling menjaga dan melindungi serta mengayomi [seungayan]. Kita harus saling peduli antara satu dengan yang lain. Kita tidak boleh hidup acuh apa lagi individualisme. Jadi kalau kita merasa memiliki saudara haruslah sering-sering "tiruwang" meski tidak selalu rutin karena itu menandakan kita masih punya ikatan persaudaraan.

Pada umumnya kalau empat hal yang tersebut diatas mulai diabaikan maka dengan sedirinya secara cepat atau lambat tali persaudaraan yang terjalin erat oleh ikatan muwari sekelik, kebot rik lebu serta kelama akan terputus. Meski mereka sadar bahwa mereka bersaudara tetapi rasa persaudaraannya mati rasa. Kalaupun mereka sengaja memutuskan tali persaudaraan mereka karena selisih paham/sengketa mereka akan menandai dengan "sesarak kayin handak". Sesarak kayin handak adalah kain putih yang dipotong menjadi dua bagian yang menandakan putusnya tali persaudaraan diantara mereka hingga kematian menjemput.

Tabik.
Jakarta, 01 april 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar