Laman

Minggu, 29 Desember 2013

FALSAPAH DAN PEDOMAN HIDUP ETNIK LAMPUNG


FALSAPAH DAN PEDOMAN HIDUP  ETNIK  LAMPUNG
Oleh Semacca Andanant

Lampung. Selama ini orang-orang diluar suku lampung ataupun diluar daerah lampung mengenal lampung hanya nama dari satu daerah provinsi di pulau sumatra paling selatan yang menjadi tujuan faporit imigran dari pulau jawa dan bali dalam rangka transmigrasi. Bisa saja karena selama kurun waktu masa orde baru suku dan kebudayaan lampung termarjinalkan oleh kita. Kita tidak banyak tahu tentang lampung. Lampung masih misteri dan selalu miteri hingga kini. Padahal lampung bukan hanya nama dari satu daerah tetapi meliputi nama daerah, suku bangsa, bahasa dan budaya.

Tidak banyak informasi dan tulisan-tulisan mengenai lampung. Entah tentang sejarah dan peradaban suku lampung. Sangat gelap, miris dan ironis. Lampung termarjinalkan dan lampung dikerdilkan. Lewat program transmigrasi [baca jawanisasi] yang digalakkan pemerintah orde baru dibawah pimpinan presiden SOEHARTO. Lewat program transmigrasi pula tampuk kekuasaan daerah lampung ditransfer dari jawa dengan tujuan memperlancar dan menyukseskan program transmigrasi.

Sebenarnya kehidupan bermasyarakat suku lampung baik sebelum dan sesudah datang imigran dari jawa dan bali, kehidupan masyarakatnya selalu dinamis dan harmonis. Mereka tidak terpengaruh dengan pendatang dan selalu membuka diri untuk hidup berdampingan. Cukup diacungi jempol walaupun masyarakat hulun lampung  jadi minoritas dan termarjinalkan dinegeri sendiri.

Dalam menjalankan kehidupan baik secara individu maupun bermasyarakat suku lampung selalu berpegang teguh dengan falsapah hidupnya yang bernama PIIL PESENGGIRI. Piil pesenggiri merupakan jati diri dari suku lampung. Bukan orang lampung kalau piil pesenggiri tidak melekat dengan sempurna dalam dirinya. Karena piil pesenggiri menjadi dasar dan landasan hidup suku lampung dalam mengarungi kehidupan secara individu dan bermasyarakat baik berbangsa maupun bernegara.

Inilah falsapah hidup suku lampung;
PIIL PESENGGIRI
1.BALAK PESENGGIRI [memiliki harga diri yang tinggi]
Segala prilaku dan perbuatan yang dilakukan oleh diri sendiri ataupun oleh orang lain yang menyebabkan diri kita malu, hina dan menjatuhkan harkat dan martabat selaku manusia karena melakukannya maka hal tersebut tidak dapat ditolerir atau dibenarkan. Kita taat dan takwa terhadap tuhan yang maha esa, patuh terhadap hukum dan norma-norma bermasyarakat dan memiliki rasa malu yang tinggi bila melanggarnya. Maka lebih baik rugi dari pada menanggung malu, lebih baik mati daripada tak memiliki harga diri.

2.BUADOK BALAK [memiliki gelar yang besar]
Setiap individu adalah pemimpin dan memiliki gelar yang besar dan nama  yang baik. Kita harus berusaha untuk memproleh  dan mempertahankan gelar itu dengan berprilaku sesuai dengan ketentuan gelar yang kita sandang. Kita harus mempertanggung jawabkannya. Menggantungkan cita-cita yang tinggi dan bekerja keras adalah cara untuk memperoleh penghidupan yang layak dan gelar yang besar. Maka tidak heran banyak hulun lampung yang tidak mau melakukan sesuatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya karena takut mencemarkan gelar dan nama baiknya walaupun pekerjaan itu halal secara hukum.

3.NENGAH NYAMPUR [hidup bermasyarakat dan membuka diri]
Hulun lampung harus tampil mengambil bagian dan membaurkan diri didalam hidup bermasyarakat, dalam komunitas  apapun. Tidak melihat suku , agama, kepercayaan atau kebudayaannya. Dalam menyelesaikan permasalahan bermasyarakat mereka lebih mengutamakan “hippun mupakat” [musyawarah untuk mupakat]. Begitu juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hulun lampung selalu tampil dan memberi kontribusi yang baik. Jadi sangat tidak dibenarkan bila ada orang  yang mengatakan hulun lampung tertutup dan tidak membuka diri didalam mengisi kemerdekaan ini.

4.NGEJUK NGAKUK [saling memberi dan menerima]
Hulun lampung itu pemurah dan selalu ditepati kemurahan hatinya. Tidak ingkar. Maka mereka selalu “nemui nyimah” kepada siapapun juga entah sesama hulun lampung atau kepada pendatang. Didalam kehidupan bermasyarakat mereka saling memberi dan menerima. Mereka sangat hormat dan menghargai para tamu yang datang berkunjung dan menetap di daerahnya. Mereka sangat percaya bahwa kehidupan yang layak dan sejahtra itu adalah milik kita bersama karena itu mereka selalu berbagi dan membuka diri dalam meraihnya.

5.SAKAY SAMBAYAN [hidup bergotong royong]
Sangat jelas dan nampak didepan mata kita bagaimana kehidupan sosial masyarakat hulun lampung. Mereka selalu bergotong royong mengerjakan sesuatu hal yang besar biar terasa ringan. Lihat saja ketika salah satu warga mendirikan rumah, warga lain berbondong-bondong datang membantunya. Begitu juga ketika upacara adat nayuh, kematian dan sebagainya. Mereka sangat antusias membantunya karena mereka sadar bahwa hidup adalah kebersamaan.

PEDOMAN HIDUP ETNIK LAMPUNG
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari masyarakat adat lampung tidak lepas dari dan juga melaksanakan beberapa pedoman hidup demi menunjang kesuksesan dan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Semua itu mereka lakukan dengan penuh percaya diri dan keyakinan. Ada tujuh pokok pedoman hidup etnik lampung yaitu;

1.MAK NYERAY KI MAK KARAY, MAK NYEDOR KI MAK BADOR [berani menghadapi tantangan hidup]
Sepahit dan sesusah apapun dalam hidup ini harus kita hadapi dengan berani dan bijaksana. Karena setiap insan dimuka bumi ini pasti menghadapi permasalahan hidup dan itu tidak bisa dipungkiri. Itu adalah cobaan dan tantangan yang harus kita hadapi karena dibalik itu semua ada kesuksesan dan kebahagiaan yang akan kita peroleh menanti kita. Tak satu pun cobaan menimpa kita kalau kita tidak sanggup mengatasinya.

2.RATONG BANJIR MAK KISIR, RATONG BARAK MAK KIRAK [teguh dalam pendirian]
Hulun lampung sangat teguh pendiriannya tidak mudah terombang-ambing. Kalau sudah A ya A tidak bisa berubah seketika jadi B. Lihat saja dalam kehidupan beragama dan adat istiadatnya mereka sangat kukuh memegangnya.

3.ASAL MAK LESA TILAH YA PEGAY, ASAL MAK JERA TILAH YA KELAY [tekun dalam meraih cita-cita]
Coba kita perhatikan para pengrajin kain tapis, walaupun sulit dan rumit mereka dengan tekun dan gigih tak kenal menyerah merangkai dan menyulam kain emas menjadi sebuah maha karya yang bernilai tinggi. Begitulah cara etnik lampung dalam menggapai cita-citanya.

4.PAK HUMA PAK SAPU, PAK JAMMA MAPU-MAPU [toleransi dalam pluralisme]
Hulun lampung sadar betul bahwa perbedaan adalah suatu keniscahayaan. Tak bisa dipungkiri, karenanya mereka sangat toleransi dengan perbedaan itu. Mereka menghargai dan menghormati perbedaan. Mereka tak akan saling mengganggu. Itu sebabnya kenapa dilampung banyak marga dan perbedaan dalam pengucapan kata walaupun sebenarnya yang dimaksud sama.

5.WAT ANDAH WAT PADAH, REPA ULAH RIYA ULIH [hasil yang kita peroleh tergantung dari usaha yang kita lakukan]
Masyarakat adat lampung mengenal hukum klausal, sebab akibat. Apa yang kita perbuat nanti akan mendapat balasannya, apa yang kita tanam pasti nanti kita akan menuai hasilnya. Repa ulah riya ulih, sapa say nganik lada siya say kelalaan.

6.DANG PUNGAH DANG LUNCAH, MARI PEKON MAK BELAH [mengutamakan persatuan dan kekompakan]
Dalam satu komunitas persatuan dan kekompakan adalah modal yang amat penting dalam meraih cita-cita. Hulun lampung sangat mengutamakan persatuan dan kekompakan baik dalam satu kampung ataupun satu daerah. Semua itu terbina baik demi keutuhan persatuan.

7.WAYNI DANG  ROBOK, MARI IWA DAPOK [arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah]
Dalam menyelesaikan satu masalah, apalagi masalah itu amat komplit masyarakat adat lampung sangat arif dan bijaksana. Mereka tidak sembarangan dalam penanganannya. Apalagi dengan kekerasan. Mereka lebih menyukai cara-cara diplomasi.

PEDOMAN MENCARI JODOH
Dalam mencari jodoh etnik lampung memiliki beberapa pedoman. Selain bentuk, postur tubuh dan juga sifatnya. Tujuannya untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik yang nantinya mampu membina keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Keluarga itu mampu berintraksi dengan keluarga besar dan lingkungannya. Karena pada dasarnya menyatukan dua hati sama halnya menyatukan dua keluarga yang mana keduanya memiliki perbedaan-perbedaan yang amat mendasar. Untuk itu maka diupayakan kecocokan-kecocokan dalam pandangan membangun rumah tangga. Inilah pedoman mencari jodoh itu;

1.NGEDOK SEMU[pandai menempatkan diri]
Cantik, rupawan itu sudah pasti jadi bahan incaran. Tapi coba bayangkan seandainya tidak disertai dengan kemampuan menempatkan diri tentu jadi malu. Karena itu setelah jalinan kasih terajut dengan baik maka mulailah mengamati sikapnya. Ngedok semu mawat?Bagaimana dengan agama dan ibadahnya, rajin dan taat tidak. Karena itu menjadi modal dasar membangun rumah tangga.

2.NGEDOK HALOK GANGGU [memiliki kepribadian yang baik]
Bisa menjaga sikap dan mampu menghargai serta menghormati orang lain itu amat penting. Kapan kita bicara dan dengan siapa kita berkata. Pantas atau tidakkah kita melakukan sesuatu itu juga jadi pertimbangan kita .

3.PANDAY DI MANAMUNU [memiliki wawasan luas]
Kita harus tahu siapa kita dan siapa keluarga kita. Dengan dasar itu kita mampu membaca seluas apa wawasan yang harus kita miliki dalam membina rumah tangga. Didalam keluarga besar kita harus mampu berperan aktif dan selalu berpandangan jauh.


4.NGEDOK TANGGA TUNGGU [memiliki keluarga dan kekayaan]
Calon pasangan kita hendaknya memiliki keluarga atau keturunan yang jelas, keturunan orang baik-baik dan juga memili kemapanan hidup secara materi. Sehingga keluarga yang dibangun nantinya akan menjadi keluarga yang lebih baik lagi.



PETUAH MERANTAU
Walaupun hulun lampung tidak sepopuler  etnik minangkabau dalam merantau namun  mereka memiliki petuah atau nasihat yang amat baik kepada orang yang hendak merantau. Merantau dalam istilah lampungnya MIDANG. Midang tidak menjadi budaya orang lampung karena midang memberi konotasi  yang tidak baik. Karena midang dilakukan oleh kebanyakan orang yang hidupnya susah atau orang yang terbuang dari keluarganya. Inilah petuah merantau itu;

1.DANG LUPA DILAPAHAN [ingat tujuan]
Kita jangan sampai lupa pada tujuan kita merantau. Tujuan kita adalah mencari kehidupan dan penghidupan yang lebih baik. Bila saja kita menyimpang dari tujuan awal maka kita akan terjerumus kehal-hal yang akan mengantarkan kita kelembah kehancuran. Midang kemana dan dimana saja kita harus selalu ingat akan tujuan kita.Kita selalu ingak akan tuhan, karenanya kita harus rajin ibadah dan berbuat baik serta taat kepadaNya.


2.DANG LUPA NGUSUNG MANUK BEBAY [mengalah untuk kemenangan]
Dinegeri orang kita harus pandai-pandai membawa diri. Kita harus menjaga sikap dan perbuatan kita. Kita harus mematuhi segala kaidah atau norma yang berlaku. Didunia rantau bagaikan rimba yang penuh dengan binatang buas yang selalu siap memangsa kita kapan saja. Jadi jangan coba-coba ingin menjadi sang raja dinegeri orang.

3.DANG LUPA NGUSUNG BESI RUWA [persenjatai diri dengan keterampilan dan beladiri]
Didunia rantau keterampilan itu sangat penting karena itu akan menjadi modal dan lahan untuk mencari kehidupan. Keterampilan akan menjadi sawah ladang tempat kita bercocok tanam dalam meraih kehidupan yang baik. Begitu juga bela diri akan menjadi perisai kita dalam meraih cita. Tidak jarang kita akan menemukan rintangan-rintangan yang mengancam keselamatan jiwa kita. Disini bela diri diperlukan untuk melindungi diri kita dari ancaman keselamat jiwa kita dairi orang yang jahat.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.


Tabik.
Jakarta , 29 desember 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar