KULINER KHAS LAMPUNG TUMBUH DI TANAH RANTAU
By Semacca Andanant
Di kota Bandar Lampung mungkin jarang sekali kita akan menemukan kuliner khas Lampung. Mungkin bisa di hitung dengan jari karena sangkin sangat langkanya. Pernah juga melihat postingan teman di media sosial yang lagi makan disebuah resto. Ia merekomendasikan jika main ke kota Bandar Lampung bolehlah mampir singgah mengan di resto itu. Resto itu menyajikan berbagai makanan masakan khas Lampung. Diantaranya masakan seruwit, sambol halipu, sambol rampai, Cubik/remas, sambol pajak, gulai taboh dan lain-lain. Resto itu bernama CIK WO RESTO.
Ada juga di Liwa, sebuah warung makan yang menyajikan berbagai masakan khas Lampung. Warung itu dikelola oleh sahabat fb yang bernama wo Eva Oktarina Fauzie. Warung makan ini juga menyajikan berbagai masakan yang penuh cita rasa. Tidak heran kalau kita lihat dipostinganan siempunya warung ini banyak dikunjungan para pejabat lokal untuk sekedar makan siang. Warung ini bernama D'EVA Kuliner. Nama yang cukup cantik untuk sebuah resto.
Lain lagi kalau ditanah rantau seputaran ibu kota Jakarta khususnya di daerah Tangerang raya, sudah banyak bermunculan warung-warung atau rumah makan bercita rasa khas Lampung. Diantaranya yaitu Rumah Makan (RM) Bang Ruby, RM Yuni Ina Balak, RM Cahaya Seruwit Lampung, RM Jejama, RM Sari Rampai dan RM Singgah Pay. Masih ada lagi rumah makan yang menyajikan cita rasa khas Lampung yang belum terlacak.
Semua rumah makan itu menyajikan berbagai menu masakan khas Lampung. Diantara menu yang menjadi andalan dan paforit adalah ikan bakar yang diberi kuah panas rasa asam dan pedas serta di beri santan kelapa. Masakan ini lebih populer dikenal dengan nama Peros (red pekhos) untuk yang tidak memakai santan. Dan cubik /remas untuk yang memakai santan atau dengan nama lain, peros pati kelapa. Untuk menikmati menu ini kita cukup merogoh kocek antara 30k-40k saja, sangat ekonomis dan terjangkau.
Dari sajian ikan bakar ini tak lupa disertai nasi putih dengan lalapan dan pajakan serta sambol rampay. Lalapan biasanya ada petar balak, kuwaw/jejaling, jering ngura, seladak serta tiyung bintang. Sedangkan untuk pajakan ada sawi pahik, tiyung handak, tiyung pancung dan labu siyom. Dengan duduk ngampar dan terhidang diatas meja berkaki pendek tentu sajian khas Lampung ini akan terasa lebih nikmat. Ditambah lagi ada sound sistem untuk yang hobi menyanyi berkaraoke setelah atau sebelum menyantap makanan.
Belum ada saya temukan menu yang lebih khas selain menu ikan bakar tersebut diatas. Padahal masakan khas Lampung itu sebenarnya banyak. Tapi para penjual masih belum mampu untuk menyajikan kepada para penikmat kuliner khas Lampung. Misalnya saja menu Sambol pajak iwa, senanga, sup iwa nibung, peros hasin tangkil ngura, gulay taboh iwa, gulay tabuh bung, kurih paku dsb.
Tetapi malah sebaliknya para penjaja kuliner khas Lampung ini mengkombinasikan kulinernya dengan menu ala warteg. Sungguh sangat disayangkan. Karena untuk membangun sebuah cita rasa yang khas dari satu daerah tidak cukup hanya menyajikan papan nama bermotifkan asal daerah. Melainkan mampu tampil beda mulai dari papan nama hingga nama menu masakan yang khas dari daerah itu sendiri. Karena tidak jarang nama masakan khas lampung langsung dikonversi dengan nama masakan daerah lain. Meskipun rasa dan sajiannya agak sama tetapi tetap ada perbedaannya. Misalnya saja untuk masakan sayur peros hasin tidak serta merta sama dengan sayur asem, senanga dengan rendang, gulay taboh dengan sayur santan.
Selain nama menu masakan ada juga yang menjadi perhatian kita yaitu papan nama dari penjaja masakan. Untuk penjaja makanan khas Lampung masih menumpang nama dengan penjaja masakan padang. Kerena mereka masih memakai RM (rumah makan) yang identik dengan rumah makan masakan padang. Tidak seperti warteg (Warung Tegal), Warsun (Warung nasi Sunda), Pawon (warung nasi jawa), dsb.
Belum ada yang berani berinovasi memakai nama khas Lampung semisal : LM (Lamban rang Mengan), LP (Lamban rang Pangan), LP (Lamban Pemenganan), Sekelak (Dapur) atau yang lainnya. Pemakaian nama khas Lampung ini bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat kuliner khas lampung itu sendiri. Dan sekaligus menjadikan pemilik rumah makan lebih memiliki nama dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mengelola usahanya.
Dan juga harus ada wadah yang melindungi dan mengayomi para pengusaha kuliner khas Lampung ini. Harus ada PESONAN yang terdiri dari para pengusaha kuliner khas Lampung ini yang bertujuan agar mereka bisa menyamakan persepsi, misi dan visi mereka dalam usaha kuliner khas Lampung ini. Tabik.
02/10/23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar