Laman

Jumat, 24 September 2021

SEPENINGGAL ARIFIN M, SANG LEGENDARIS LAGU-LAGU LAMPUNG


SEPENINGGAL ARIFIN M, SANG LEGENDARIS LAGU-LAGU LAMPUNG

Siapa yang tak kenal dengan sang legendaris musisi dan penyanyi lagu Lampung, Arifin M? Dikalangan masyarakat Lampung beliau merupakan sosok seniman yang bersahaja dan berwibawa. Selain karya cipta lagunya yang melegenda dia juga memiliki suara emas yang sangat merdu. Banyak orang yang terpukau saat mendengar dan menyaksikan-aksinya diatas panggung. Wajar saja kalau ia dijuluki sang raja dangdut dan klasik lagu Lampung. Dari jaman pita kaset hingga VCD lagu-lagunya banyak yang dikoleksi oleh masyarakat umum.

Di era pita kaset banyak sekali album lagunya diantaranya; Burung Mas di Kurungan (klasik), Salam Dibatok Angin (bedana), Sayang -Sayang, Kapando, Salam Sikam (salam salam), Banjir Lampung Selatan, Dunia Dunia, Musibah Lampung Barat, Yana, Bang Supir dll. Sedangkan di era VCD ada beberapa album lagu barunya yang dirilis, ada juga lagu tumbay yang direkam ulang dengan memperbaharui instrumennya.

Di era serba digital dan android ini beliau tidak mengalami lagi karena telah sepuh dan telah berpulang ke pangkuan Ilahi robby, tempat segala kedamaian. Beliau lahir di Pekon Karta pada tanggal 10 Desember 1942 dan wafat dalam usia 71 tahun, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 2013. Semoga beliau mendapat tempat yang layak disisi tuhannya atas amal kebaikannya. Dan karya-karya yang ia tinggalkan menjadi ladang amal jariah baginya. Amin.

Di era digital dan serba android ini juga banyak lagu-lagu karya cipta dari beliau yang dirilis ulang oleh para penggemar dan pengagumnya yang menjadi youtuber. Bahkan banyak orang yang berlomba-lomba mencari lagu-lagu tumbay beliau yang masih tersimpan rapi dikaset pita untuk dirilis ulang (cover) oleh para youtuber untuk memenuhi ambisi subscribernya.

Belum adanya yang menginventarisasi karya-karya beliau baik dari pihak keluarga ataupun studio record, atau juga instansi lainnya yang peduli, banyak karya-karya beliau yang tidak terdata dan berserakan begitu saja. Dan ini menjadi sasaran empuk bagi tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab. Bagi orang-orang penggiat seni dan tidak memiliki rasa tanggung jawab serta hormat terhadap sesama penggiat seni.

Pernah saya dengar, lebih dari 15 buah lagu beliau yang diklaim oleh seseorang yang menjadi karya ciptanya. Ini sungguh ironis. Sesama penggiat seni bisa bertindak seperti itu. Belum lagi orang lain yang juga ikut nimbrung dalam hal seperti itu. Dimana rasa peduli dan tanggung jawab kita sesama pengagum seni. Ini jelas menjijikkan dan sungguh hina.

Dan juga selain berubah nama peciptanya, ada juga yang merubah judul lagu-lagu beliau dengan seenaknya tenggalan. Entah apa motifasinya, apa hanya ingin memenuhi nafsu birahi subscribernya atau ada motifasi lainnya. Misalnya saja lagu Sindaguri berubah menjadi Kala dinana, Sila Sayang jadi Adek Sila, Rasa rasa jadi Pitit Paha dan lain sebagainya.

Belum lagi perubahan lirik lagu. Ada beberapa lagu beliau yang liriknya berubah total namun susunan nadanya masih sama. Judul lagu berubah dan peciptanya pun ikut berubah. Ini sama halnya penjiplakan sebuah lagu oleh plagiator. Alasannya beraneka ragam semisal karena merasa masih memiliki hubungan kekeluargaan lalu merasa berhak mengobrak-abrik lagu beliau sesuai seleranya. Sekali lagi, ini sungguh menjijikan, ingin terlihat sebagai penggiat seni yang hebat dan keren tapi dengan cara-cara yang kotor. Apakah perilaku seperti ini pantas dan dibiarkan saja bagi kita? Tentu jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

Saya juga heran kenapa sih lirik lagunya sebagian ada yang berubah? Semisal pada lagu Seandanan:

Santor juga ku tanya
Ku tanya niku dipa
Tipuramban ki mingan
Guway gantungan nyawa

Lalu kata tipuramban berubah menjadi sepok ramban, apa tidak berubah arti dan maksutnya. Dan ini berdampak pada lagu, ruhnya berkurang.

Begitu juga dengan lirik lagu Andahmu:

Kipak sungkan haga mundur mak mingan
Kipak sorok haga nulak mak dapok

Tihaba ki radu mak buguna
Tihaba sesol mulang di sapa

Kata tihaba berubah menjadi ki raba. Kata tihaba berarti diisesali atau penyesalan sedangkan ki raba berarti kalau khawatir. Sungguh ini rancu dan tidak bermakna.

Masih banyak lagi berbagai permasalahan yang ada pada para penggiat seni youtuber. Namun saya hanya bisa menyarankan alangkah baik bila ingin merilis ulang karya-karya beliau atau karya orang lain hendaknya lakukan hal-berikut;

1. Hubungi dan konfirmasi orang yang berhak tentang lagu itu baik secara personal.

2. Berusahalah untuk tidak merubah lirik lagunya, atau kalau tidak faham bertanyalah terlebih dahulu ke orang yang lebih berkompeten. Agar tindakan kita tidak melanggar atau melakukan kesalahan.

3. Bila mengcover lagu orang jangan lupa cantumkan nama pecitanya, jangan dibikin samar.

4. Karena kegiatan kita menghasilkan uang, usahakan untuk berbagi kepada sang pemilik lagu. Anggap saja kita memberi royalti kepadanya.

5. Bila menemukan orang yang melakukan plagiat tentang lagu seseorang hendaklah ditegur dengan cara-cara baik, bila perlu agak keras. Ini dilakukan untuk meningkatkan kepedulian kita antara penggiat seni.

6. Berusaha selalu untuk berkarya dan menampilkan sesuatu yang baik tanpa merugikan pihak lain.

Harapan saya mari kita lestarikan lagu-lagu lampung termasuk karya beliau. Kita saling menghargai sesama penggiat seni apalagi  kepada para senior dan sang legendaris. Dipundak para pemudalah maju mundurnya seni kita.

Tabik.
25/09/2021

Kamis, 02 September 2021

CATATAN KECIL TENTANG LAGU LAMPUNG

CATATAN KECIL TENTANG LAGU LAMPUNG
By Semacca Andanant 

Tulisan ini hanya mencoba menggali ingatan masa kecil saya yang sekian lama terkubur oleh waktu. Dan untuk mengenang masa-masa itu saya mencoba membolak-balikkan file yang berserekan dalam ingatan saya. Ya satu masa dimana jaman belum semodern saat ini. Belum ada media sosial dan alat komunikasi dan informasi secanggih Android. Hanya tape recorder, radio cawang dan televisi hitam putih. Hanya itu yang famalier dikalangan masyarakat, tape recorder dan radio cawang. Sehingga untuk menikmati hiburan dari pentas seni suara hanya dari suara yang keluar dari tape recorder dan radio cawang.

Awal tahun 1980-an ingatan saya mulai bekerja, dan mulai bisa menyimpan apa yang dilihat dan didengar meski kapasitas daya simpan masih terbatas. Maklum baru beranjak dari masa kanak-kanak.

Dalam tulisan ini saya ingin bercerita tentang perkembangan musik tradisional di lampung, terutama seputaran daerah Semaka dan sekitarnya. Pada tahun 1970-an, dari beberapa sumber cerita ketika saya masih kecil, ada beberapa orkes gambus yang lahir ketika itu. Ini ditandai banyaknya warga yang menanggap orkes gambus ketika hajatan atau Nayuh. Ditambah banyaknya lagu-lagu Lampung yang dirilis ketika itu baik secara original ataupun karbitan (karbitan maksudnya tidak melalui dapur rekaman). Direkam melalui tape recorder.

Ada dua jenis orkes yang lahir kala itu, yaitu orkes melayu yang di singkat OM dan orkes lampung yang disingkat OL. Makanya pada setiap grup orkes ditandai dengan nama depan OL atau OM. Misalnya nama grup orkes lampung: OL Kilu Bimbing, OL Seandanan. Begitu juga grup orkes melayu misalnya: OL Gita Nada.

Di era tahun 1970-an ada beberapa artis/penyanyi sekaligus musisi yang terkenal di kala itu. Mereka bukan hanya dikenal karena kepiawaian memainkan alat musik tetapi juga karena mereka memiliki suara yang khas dan karakter musik tersendiri. Ditambah lagi konon katanya bila mereka bernyanyi semua akan terpukau dengan aksinya sebelum dan selagi berpentas. Misal sebelum bernyanyi mesti ada penomena alam seperti ada badai dahulu, ada yang bisa menelan atau menghilangkan suara seseorang teman bernyanyi sepanggung, dan lain-lain.

Di seputaran semaka (lingkup teluk semaka) ada beberapa orang yang kesohor sebagai penyanyi dan sekaligus sebagai musisi di era tahun 1970-an yaitu; Arifin M, Musa, Ismail dan Yudi Wulandari. Tapi sayang hanya Arifin M yang mampu bertahan eksis hingga akhir hayatnya dan menyandang sebagai raja dangdut Lampung. Sedangkan Musa dan Ismail hilang begitu saja bak ditelan bumi.

Sementara diseputar luaran semaka ada Abdul Ghani, M Rusli, Zainal, Nurbaiti, Shera Diba, Hilla Hambala, Eddy Pulampas,Yusnida, Aini Cahya, dll. Abdul ghani adalah yang memiliki gerup A Ronny's group dan sekarang diteruskan oleh Erwinardo.

Memasuki era tahun 1980-an hadirlah Maryani dan Baharudin RS dengan merilis album peting tunggalnya yang kesohor kala itu "Butudung Rani Labung" diiring musik dari OL Kilu Bimbing. Ketika itu ada juga album versi orkesnya, lupa saya nama albumnya. Tapi ada lirik lagunya yang hingga kini masih terniang kuingat yaitu; "Ku teduh halok jawoh, putit hambor jak pagi, api lajuku jemoh sayang..mak tungga niku lagi..".

Sementara dibelahan bumi Lampung bagian barat ada orkes dari Canggu pimpinan dari Seem Canggu dengan album terbarunya kala itu. Ini juga lupa saya judulnya tapi liriknya ada yang membekas dari album itu; "Hamu lepang bang gedang, lemuja belah pitu, hamu lipang haku dang, pagun payudo hamu..".

Di era tahun 1990-an perkembangan musik Lampung lebih pesat lagi. Ini terlihat dari banyaknya album yang dirilis dan banyaknya artis dan musisi pendatang baru. Sebut saja, ada Yoppy Adam dengan album Mak Dudan, Tarmizi As dengan albumnya Rasan Malang,  Yusuf RS dengan Buntak judu, Nwari dengan albumnya Mak Imul, Mila Riyanti dengan lagunya Kambas Kudan, Atik Nurmila dengan lagunya Kundangku, Ummi Nadiya dengan Umbak pecoh di Tengah, Iwan Sagita dengan lagunya Nedos Hati, Ana Waya dengan lagunya Balin cara, Lisma Aprida dengan lagunya Cancanan Hada, Maya Soraya, Murti Devi, Erni Pratiwi, Erda S dengan lagunya Janji Setia, Ermila SG dengan lagunya Keliling Dunia, Nuridosia dengan lagunya Say Lagi dan masih banyak lagi yang belum tersebut.

Adapun studio record yang menjadi produser lagu-lagu lampung adalah Rwasta gruop record, Teluk Semaka record, Sai Betik record dan masih ada yang lain.

Terkhusus untuk Arifin M dan Abdul ghani (A Ronny), banyak sekali lagu-lagu beserta albumnya. Untuk Abdul ghani ada album Kupak-Kapay, Incang-Incang, Mati Kajong, Mamak Inut, Pilihan Tunggal, Giluh-Giluh mak cabuk dan masih banyak lagi. Arifin M juga banyak sekali album lagunya diantaranya; Salam Sikam, Sayang-sayang, Salam di batok angin, Kapando, Dunia-dunia, Banjir Lampung selatan, Musibah Lampung Barat, Yana, Bang supir dan masih banyak lagi yang lainnya.

Begitu juga dengan Hilla Hambala dan Eddy Pulampas, Erwinardo, Zainal dan lain-lainnya. Karya-karya mereka cukup banyak. Mereka sangat berpengaruh dalam pelestarian serta perkembangan musik Lampung.

Selain artis juga masih banyak para musisi atau penggubah lagu yang kurang kita kenal. Karya-karya mereka cukup baik dan menghibur. Seperti lagu-lagu gubahan L Komar cukup banyak tersebar ditengah masyarakat.

Untuk saat ini perkembangan musik lampung cukup menggembirakan. Dijaman android ini banyak penyanyi-penyanyi baru bermunculan. Begitu juga dengan penggubah lagunya. Tapi sayang sepertinya hingga saat ini belum ada komunitas yang mumpuni yang mampu menyatukan dalam satu wadah organisasi dari penggiat musik Lampung. Belum juga ada orang yang menginventarisir lagu-lagu dan penggubah lagu lampung. Sehingga masih banyak yang tidak terlacak, terutama para musisi. Ada baiknya lagu-lagu yang telah terilis diinventarisir siapa peciptanya, nada dan liriknya seperti apa. Untuk menghindari penjiplakan sebuah lagu oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab. Karena bukan tidak mungkin dijaman android ini banyak lagu-lagu lawas yang dimodif dengan merubah judul, syair dan bahkan peciptanya, sehingga terjadi pengaburan karya orang lain. Sehingga karya orang lain diklaim menjadi hasil karyanya. Semoga tidak.

Dari paparan diatas bisa disimpul, perkembangan musik Lampung, maju mundurnya tergantung kepada kita semua dan generasi muda memiliki tanggung jawab yang berat.

Tabik.
Jakarta, 02 sept 2021