FALSAPAH DAN PEDOMAN
HIDUP ETNIK LAMPUNG
Oleh Semacca Andanant
Lampung. Selama ini orang-orang
diluar suku lampung ataupun diluar daerah lampung mengenal lampung hanya nama
dari satu daerah provinsi di pulau sumatra paling selatan yang menjadi tujuan
faporit imigran dari pulau jawa dan bali dalam rangka transmigrasi. Bisa saja
karena selama kurun waktu masa orde baru suku dan kebudayaan lampung
termarjinalkan oleh kita. Kita tidak banyak tahu tentang lampung. Lampung masih
misteri dan selalu miteri hingga kini. Padahal lampung bukan hanya nama dari
satu daerah tetapi meliputi nama daerah, suku bangsa, bahasa dan budaya.
Tidak banyak informasi dan
tulisan-tulisan mengenai lampung. Entah tentang sejarah dan peradaban suku
lampung. Sangat gelap, miris dan ironis. Lampung termarjinalkan dan lampung
dikerdilkan. Lewat program transmigrasi [baca jawanisasi] yang digalakkan
pemerintah orde baru dibawah pimpinan presiden SOEHARTO. Lewat program
transmigrasi pula tampuk kekuasaan daerah lampung ditransfer dari jawa dengan
tujuan memperlancar dan menyukseskan program transmigrasi.
Sebenarnya kehidupan
bermasyarakat suku lampung baik sebelum dan sesudah datang imigran dari jawa
dan bali, kehidupan masyarakatnya selalu dinamis dan harmonis. Mereka tidak
terpengaruh dengan pendatang dan selalu membuka diri untuk hidup berdampingan.
Cukup diacungi jempol walaupun masyarakat hulun lampung jadi minoritas dan termarjinalkan dinegeri
sendiri.
Dalam menjalankan kehidupan baik
secara individu maupun bermasyarakat suku lampung selalu berpegang teguh dengan
falsapah hidupnya yang bernama PIIL PESENGGIRI. Piil pesenggiri merupakan jati
diri dari suku lampung. Bukan orang lampung kalau piil pesenggiri tidak melekat
dengan sempurna dalam dirinya. Karena piil pesenggiri menjadi dasar dan
landasan hidup suku lampung dalam mengarungi kehidupan secara individu dan
bermasyarakat baik berbangsa maupun bernegara.
Inilah falsapah hidup suku
lampung;
PIIL PESENGGIRI
1.BALAK PESENGGIRI [memiliki
harga diri yang tinggi]
Segala prilaku dan perbuatan yang
dilakukan oleh diri sendiri ataupun oleh orang lain yang menyebabkan diri kita
malu, hina dan menjatuhkan harkat dan martabat selaku manusia karena
melakukannya maka hal tersebut tidak dapat ditolerir atau dibenarkan. Kita taat
dan takwa terhadap tuhan yang maha esa, patuh terhadap hukum dan norma-norma
bermasyarakat dan memiliki rasa malu yang tinggi bila melanggarnya. Maka lebih
baik rugi dari pada menanggung malu, lebih baik mati daripada tak memiliki
harga diri.
2.BUADOK BALAK [memiliki gelar
yang besar]
Setiap individu adalah pemimpin
dan memiliki gelar yang besar dan nama
yang baik. Kita harus berusaha untuk memproleh dan mempertahankan gelar itu dengan berprilaku
sesuai dengan ketentuan gelar yang kita sandang. Kita harus mempertanggung
jawabkannya. Menggantungkan cita-cita yang tinggi dan bekerja keras adalah cara
untuk memperoleh penghidupan yang layak dan gelar yang besar. Maka tidak heran
banyak hulun lampung yang tidak mau melakukan sesuatu pekerjaan yang tidak sesuai
dengan keinginannya karena takut mencemarkan gelar dan nama baiknya walaupun
pekerjaan itu halal secara hukum.
3.NENGAH NYAMPUR [hidup
bermasyarakat dan membuka diri]
Hulun lampung harus tampil
mengambil bagian dan membaurkan diri didalam hidup bermasyarakat, dalam
komunitas apapun. Tidak melihat suku ,
agama, kepercayaan atau kebudayaannya. Dalam menyelesaikan permasalahan
bermasyarakat mereka lebih mengutamakan “hippun mupakat” [musyawarah untuk
mupakat]. Begitu juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hulun lampung
selalu tampil dan memberi kontribusi yang baik. Jadi sangat tidak dibenarkan
bila ada orang yang mengatakan hulun
lampung tertutup dan tidak membuka diri didalam mengisi kemerdekaan ini.
4.NGEJUK NGAKUK [saling memberi
dan menerima]
Hulun lampung itu pemurah dan
selalu ditepati kemurahan hatinya. Tidak ingkar. Maka mereka selalu “nemui
nyimah” kepada siapapun juga entah sesama hulun lampung atau kepada pendatang.
Didalam kehidupan bermasyarakat mereka saling memberi dan menerima. Mereka
sangat hormat dan menghargai para tamu yang datang berkunjung dan menetap di
daerahnya. Mereka sangat percaya bahwa kehidupan yang layak dan sejahtra itu
adalah milik kita bersama karena itu mereka selalu berbagi dan membuka diri
dalam meraihnya.
5.SAKAY SAMBAYAN [hidup bergotong
royong]
Sangat jelas dan nampak didepan
mata kita bagaimana kehidupan sosial masyarakat hulun lampung. Mereka selalu
bergotong royong mengerjakan sesuatu hal yang besar biar terasa ringan. Lihat
saja ketika salah satu warga mendirikan rumah, warga lain berbondong-bondong
datang membantunya. Begitu juga ketika upacara adat nayuh, kematian dan
sebagainya. Mereka sangat antusias membantunya karena mereka sadar bahwa hidup
adalah kebersamaan.
PEDOMAN HIDUP ETNIK LAMPUNG
Dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari masyarakat adat lampung tidak lepas dari dan juga melaksanakan
beberapa pedoman hidup demi menunjang kesuksesan dan memperoleh kehidupan yang
lebih baik. Semua itu mereka lakukan dengan penuh percaya diri dan keyakinan.
Ada tujuh pokok pedoman hidup etnik lampung yaitu;
1.MAK NYERAY KI MAK KARAY, MAK
NYEDOR KI MAK BADOR [berani menghadapi tantangan hidup]
Sepahit dan sesusah apapun dalam
hidup ini harus kita hadapi dengan berani dan bijaksana. Karena setiap insan dimuka
bumi ini pasti menghadapi permasalahan hidup dan itu tidak bisa dipungkiri. Itu
adalah cobaan dan tantangan yang harus kita hadapi karena dibalik itu semua ada
kesuksesan dan kebahagiaan yang akan kita peroleh menanti kita. Tak satu pun
cobaan menimpa kita kalau kita tidak sanggup mengatasinya.
2.RATONG BANJIR MAK KISIR, RATONG
BARAK MAK KIRAK [teguh dalam pendirian]
Hulun lampung sangat teguh
pendiriannya tidak mudah terombang-ambing. Kalau sudah A ya A tidak bisa
berubah seketika jadi B. Lihat saja dalam kehidupan beragama dan adat
istiadatnya mereka sangat kukuh memegangnya.
3.ASAL MAK LESA TILAH YA PEGAY,
ASAL MAK JERA TILAH YA KELAY [tekun dalam meraih cita-cita]
Coba kita perhatikan para
pengrajin kain tapis, walaupun sulit dan rumit mereka dengan tekun dan gigih
tak kenal menyerah merangkai dan menyulam kain emas menjadi sebuah maha karya
yang bernilai tinggi. Begitulah cara etnik lampung dalam menggapai
cita-citanya.
4.PAK HUMA PAK SAPU, PAK JAMMA
MAPU-MAPU [toleransi dalam pluralisme]
Hulun lampung sadar betul bahwa
perbedaan adalah suatu keniscahayaan. Tak bisa dipungkiri, karenanya mereka
sangat toleransi dengan perbedaan itu. Mereka menghargai dan menghormati
perbedaan. Mereka tak akan saling mengganggu. Itu sebabnya kenapa dilampung
banyak marga dan perbedaan dalam pengucapan kata walaupun sebenarnya yang
dimaksud sama.
5.WAT ANDAH WAT PADAH, REPA ULAH
RIYA ULIH [hasil yang kita peroleh tergantung dari usaha yang kita lakukan]
Masyarakat adat lampung mengenal
hukum klausal, sebab akibat. Apa yang kita perbuat nanti akan mendapat
balasannya, apa yang kita tanam pasti nanti kita akan menuai hasilnya. Repa
ulah riya ulih, sapa say nganik lada siya say kelalaan.
6.DANG PUNGAH DANG LUNCAH, MARI
PEKON MAK BELAH [mengutamakan persatuan dan kekompakan]
Dalam satu komunitas persatuan
dan kekompakan adalah modal yang amat penting dalam meraih cita-cita. Hulun lampung
sangat mengutamakan persatuan dan kekompakan baik dalam satu kampung ataupun
satu daerah. Semua itu terbina baik demi keutuhan persatuan.
7.WAYNI DANG ROBOK, MARI IWA DAPOK [arif dan bijaksana
dalam memecahkan masalah]
Dalam menyelesaikan satu masalah,
apalagi masalah itu amat komplit masyarakat adat lampung sangat arif dan
bijaksana. Mereka tidak sembarangan dalam penanganannya. Apalagi dengan
kekerasan. Mereka lebih menyukai cara-cara diplomasi.
PEDOMAN MENCARI JODOH
Dalam mencari jodoh etnik lampung
memiliki beberapa pedoman. Selain bentuk, postur tubuh dan juga sifatnya. Tujuannya
untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik yang nantinya mampu membina keluarga
yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Keluarga itu mampu berintraksi dengan
keluarga besar dan lingkungannya. Karena pada dasarnya menyatukan dua hati sama
halnya menyatukan dua keluarga yang mana keduanya memiliki perbedaan-perbedaan
yang amat mendasar. Untuk itu maka diupayakan kecocokan-kecocokan dalam
pandangan membangun rumah tangga. Inilah pedoman mencari jodoh itu;
1.NGEDOK SEMU[pandai menempatkan
diri]
Cantik, rupawan itu sudah pasti
jadi bahan incaran. Tapi coba bayangkan seandainya tidak disertai dengan
kemampuan menempatkan diri tentu jadi malu. Karena itu setelah jalinan kasih
terajut dengan baik maka mulailah mengamati sikapnya. Ngedok semu mawat?Bagaimana dengan agama dan ibadahnya, rajin dan taat tidak. Karena itu menjadi modal dasar membangun rumah tangga.
2.NGEDOK HALOK GANGGU [memiliki
kepribadian yang baik]
Bisa menjaga sikap dan mampu
menghargai serta menghormati orang lain itu amat penting. Kapan kita bicara dan
dengan siapa kita berkata. Pantas atau tidakkah kita melakukan sesuatu itu juga
jadi pertimbangan kita .
3.PANDAY DI MANAMUNU [memiliki
wawasan luas]
Kita harus tahu siapa kita dan
siapa keluarga kita. Dengan dasar itu kita mampu membaca seluas apa wawasan
yang harus kita miliki dalam membina rumah tangga. Didalam keluarga besar kita
harus mampu berperan aktif dan selalu berpandangan jauh.
4.NGEDOK TANGGA TUNGGU [memiliki keluarga dan kekayaan]
Calon pasangan kita hendaknya memiliki keluarga atau keturunan yang jelas, keturunan orang baik-baik dan juga memili kemapanan hidup secara materi. Sehingga keluarga yang dibangun nantinya akan menjadi keluarga yang lebih baik lagi.
4.NGEDOK TANGGA TUNGGU [memiliki keluarga dan kekayaan]
Calon pasangan kita hendaknya memiliki keluarga atau keturunan yang jelas, keturunan orang baik-baik dan juga memili kemapanan hidup secara materi. Sehingga keluarga yang dibangun nantinya akan menjadi keluarga yang lebih baik lagi.
PETUAH MERANTAU
Walaupun hulun lampung tidak
sepopuler etnik minangkabau dalam
merantau namun mereka memiliki petuah
atau nasihat yang amat baik kepada orang yang hendak merantau. Merantau dalam
istilah lampungnya MIDANG. Midang tidak menjadi budaya orang lampung karena
midang memberi konotasi yang tidak baik.
Karena midang dilakukan oleh kebanyakan orang yang hidupnya susah atau orang
yang terbuang dari keluarganya. Inilah petuah merantau itu;
1.DANG LUPA DILAPAHAN [ingat
tujuan]
Kita jangan sampai lupa pada
tujuan kita merantau. Tujuan kita adalah mencari kehidupan dan penghidupan yang
lebih baik. Bila saja kita menyimpang dari tujuan awal maka kita akan
terjerumus kehal-hal yang akan mengantarkan kita kelembah kehancuran. Midang kemana
dan dimana saja kita harus selalu ingat akan tujuan kita.Kita selalu ingak akan tuhan, karenanya kita harus rajin ibadah dan berbuat baik serta taat kepadaNya.
2.DANG LUPA NGUSUNG MANUK BEBAY
[mengalah untuk kemenangan]
Dinegeri orang kita harus
pandai-pandai membawa diri. Kita harus menjaga sikap dan perbuatan kita. Kita harus
mematuhi segala kaidah atau norma yang berlaku. Didunia rantau bagaikan rimba
yang penuh dengan binatang buas yang selalu siap memangsa kita kapan saja. Jadi
jangan coba-coba ingin menjadi sang raja dinegeri orang.
3.DANG LUPA NGUSUNG BESI RUWA
[persenjatai diri dengan keterampilan dan beladiri]
Didunia rantau keterampilan itu
sangat penting karena itu akan menjadi modal dan lahan untuk mencari kehidupan.
Keterampilan akan menjadi sawah ladang tempat kita bercocok tanam dalam meraih
kehidupan yang baik. Begitu juga bela diri akan menjadi perisai kita dalam
meraih cita. Tidak jarang kita akan menemukan rintangan-rintangan yang
mengancam keselamatan jiwa kita. Disini bela diri diperlukan untuk melindungi
diri kita dari ancaman keselamat jiwa kita dairi orang yang jahat.
Mudah-mudahan tulisan ini
bermanfaat untuk kita semua.
Tabik.
Jakarta , 29 desember 2013