TAPIS LAMPUNG MOTIF WAYANG
By Semacca Andanant
Aneh memang. Mendengar motif wayang (red Jawa) terdapat di motif kain tapis khas lampung. Karena berabad-abad kain tapis ini dalam perkembangannya tidak ditemukan motif seperti itu (wayang kulit). Tapis pada umumnya bermotifkan flora dan fauna yang ada di daerah Lampung. Seperti motif gajah, burung, bunga atau tanaman lainnya. Kain tapis ini adalah kain sakral bagi masyarakat adat Lampung yang penuh dengan filosofi. Karena itu motifnya dari dahulu tidak mengalami perubahan hingga kini.
Adalah postingan saudara Sepran Ashari pada tanggal 23 januari 2023 sekira waktu sore, di gerup Angkatan Muda Persekutuan Adat budaya Lampung. Beberapa buah poto kain tapis dengan caption "Wih ada motif baru😅".
Jelas sontak menjadi perbincangan hangat. Baru diposting saja saja sudah banyak sekali komentar dan dishare kemana-mana sehingga menjadi viral. Berbagai respon dan tanggapan dari anggota gerup mengenai kain tapis yang bermotifkan wayang jawa. Ada yang meminta kain tapis ditarik dari peredaran, ada yang meminta untuk diperingatkan pengrajinnya, ada juga yang meminta ketegasan dari pihak pemerintah dan pemangku adat untuk segera bertindak terhada pembuat kain tapis yang bermotifkan wayang jawa tersebut sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Semua tuntutan beralasan karena kain tapis Lampung adalah kain sakral yang memiliki pakem dalam pembuatan dan pemakaiannya. Dan juga motif-motifnya penuh dengan filosofi tentang kehidupan maupun kematian manusia. Kain tapis pada dasarnya tidak sembarang orang dan waktu untuk memakainya. Ada perhelatan adat tertentu kain tapis itu akan dipakai oleh wanita-wanita lampung dalam prosesi adat.
Kain tapis Lampung yang bermotifkan wayang ini diketahui berasal dari pengrajin Kalianda, Lampung Selatan. Ini terlihat dari komentar akun fb yang memiliki nama Khaja Muda Say Saka. Menurut beliau pemilik/pengrajin kain tapis yang bermotifkan wayang jawa itu adalah bu Roslina, galerinya ada disamping kantor bupati Lampung Selatan.
Sebenarnya kalau kita lihat masyarakat adat tidak mau berpolemik dengan masyarakat luar adat. Tapi apa mungkin hal ini tidak akan jadi masalah bila dibiarkan terus bergulir. Karena bukan hanya kain tapis bermotifkan wayang jawa ini saja yang mencuat menjadi masalah. Jauh sebelumnya, seperti berbagai ornamen atau simbol-simbol yang yang tidak bernapaskan adat budaya Lampung yang menjadi icon daerah. Misalnya nama daerah kabupaten Pringsewu dan berbagai nama kecamatan, patung semar di Tulangbawang Barat, patung raja Brajawijaya di Lampung Timur. Semua itu bernapas atau bercorakkan Jawa. Apa tidak mungkin timbul pertanyaan, apakah Lampung mau dijawakan semua? Pertanyaan seperti inilah yang akan menjadikan awal konflik ditengah masyarakat.
Tentu kita tidak mau melihat terjadi konflik di bumi Ruwa jurai ini. Kita berharap daerah Lampung yang multi kultural bisa hidup harmonis dan berdampingan secara damai. Bisa saling bahu-membahu dalam mewujudkan manusia yang beradab dan berbudaya di bumi Lampung. Dengan tidak menyampingkan akar budaya setempat. Seperti halnya kata pepatah "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". Dan adat budaya serta bahasa Lampung mendapat tempat dan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Tabik.
Jakarta, 24 januari 2023